fasterthemovie.com – Review film Midsommar sesuai gambarannya bisa kamu lihat pada artikel berikut. Setelah sukses mempersembahkan film Hereditary pada tahun 2018 silam, kini sutradara bernama Ari Aster sudah kembali hadir dengan mendatangkan film horor panjang keduanya. Kurang lebih sama seperti film sebelumnya, di mana Midsommar turut serta mengetengahkan perasaan traumatis pasca tokoh utamanya telah di tinggalkan oleh orang terdekat.
Di balik tampilan visual menawan penuh dengan nilai estetik yang jauh dari kata horor, filmnya justru memiliki amunisi kuat dalam menghadirkan teror yang tak kalah menyesakan. Bahkan saking brutal juga eksplisitnya, film tersebut sempat batal untuk naik layar di Indonesia. Namun tenang saja, film tersebut sudah tayang pada tanggal 11 September 2019 silam. Walau ada pemangkasan kurang lebih 9 menit, tapi tetap saja penyajiannya masih sesuai porsi.
Review Film Midsommar dari Sinopsis
Hubungan percintaan Dani dengan Christian sedang mengalami masalah. Dani yang memiliki adik seorang bipolar pun, sering melimpahkan perasaan & kekhawatirannya pada Christian. Sedangkan Christian sendiri mengalami bimbang untuk bisa melanjutkan hubungannya. Akan tetapi, sebuah tragedi besar yang di alami Dhani membuat hubungan keduanya menjadi baik. Christian pun mengajak Dani untuk mengikuti acara liburan ke Swedia bersama 3 temannya : Pelle, Josh, serta Mark.
Liburan ini sudah masuk dalam rencana matang Christian dan teman-temannya. Tradisi Midsommar sudah menjadi salah satu alasan kenapa Pelle ingin ketiga temannya untuk ikut mendatangi negara asalnya. Tradisi pertengahan musim panas bukan menjadi ajang liburan semata saja, tapi semata-mata membantu Josh yang memang memiliki niat untuk bisa mengangkat tradisinya sebagai tema tesis.
Sesuai akan cerita Pelle, bahwa Harga memang menyimpan keindahan yang begitu nyata. Lanskap menawan dan adanya keselarasan atas pakaian masyarakatnya, sudah membuat kelima anak muda ini larut akan kekaguman mereka. Tak membutuhkan waktu lama, mereka semua menyadari adanya berbagai macam penyimpangan yang di simpan oleh masyarakat Harga. Itu semua terjadi melalui ritual tiap 90 tahun sekali. Belum lagi perkembangan hubungan antara Dani dan Christian pun di penuhi konflik. Di mana adik Pelle yang bernama Maja telah menaruh hati kepada Christian.
Terasa Horor Walau Siang Hari
Wajarnya, film horor akan berisikan banyak adegan menegangkan di malam hari. Namun, hal ini akan sangat berbeda. Pasalnya semua ketegangan, kesadisan, kengerian, hingga hal brutal terjadi pada siang hari ! Hal tersebut sudah menjadi salah satu hal utama yang akan disampaikan pada filmnya.
Terornya di perparah oleh silauan sinar matahari pada pertengahan bulan Juni. Momentumnya sudah di perlihatkan jelas pada Midsommar. Yang mana secara menyeluruh sang sutradara ingin menumbangkan kemampuan dari seluruh pikiran penonton. Di mana mereka senantiasa melekatkan jika horor selalu terjadi di malam hari.
Terkait alur, masuk kategori lambat dan terasa membosankan dalam beberapa waktu. Namun, tidak bisa di pungkiri bahwa ini telah menjadi salah satu ciri horor berkelas. Tidak harus menyajikan kejutan secara terburu-buru, cukup pelan-pelan dan menghentakan penonton dengan adegan mengerikan sudah sangat pas porsinya. Tenang, film Midsommar tidak menampilkan jumpscare, hanya saja semuanya di gantikan oleh tampilan horor sadis !
Anak Dibawah Umur Dilarang Menonton !
Suasana horor mainstream yang di gubah secara total melalui suasana siang hari, bisa memberikan dampak buruk pada efek psikologis penonton. Hal ini cukup sederhana, sudah di buktikan dengan berbagai macam hal buruk pada filmnya dan di pertontonkan secara terang-terangan. Jika di ketahui oleh anak di bawah umur, bisa menyebabkan dampak negatif ke depannya.
Secara tak langsung, suasana yang di hadirkan mampu membawa rasa bersalah begitu besar ke para penontonnya. Cara ini lantas saja melekat pada karakter utama di filmnya yang bernama Dani. Karakter tersebut semacam orang pesakitan yang memang ingin sekali keluar dari mimpi buruk dalam hidupnya !
Dani sangat amat tersiksa secara jiwa juga batin. Permasalahan atas keluarga sudah menjadi hal begitu menghimpit bagi kehidupannya. Frustasi sudah menjadi kata yang tepat, di mana Dani memiliki jiwa rentan untuk di susupi oleh berbagai hal negatif. Terlebih lagi dalam ceritanya, Dani harus mengikuti sebuah festival dengan berbagai macam ritual-ritual aneh. Sudah pasti akan selalu terbayang beberapa saat mengenai hal-hal semacam itu.